SEJARAH KEBUMEN
Nama Kebumen konon berasal dari kabumian yang berarti sebagai tempat tinggal Kyai Bumi setelah dijadikan daerah pelarian Pangeran Bumidirja atau Pangeran Mangkubumi dari Mataram pada 26 Juni 1677, saat berkuasanya Sunan Amangkurat I.
Sebelumnya, daerah ini sempat tercatat dalam peta sejarah nasional sebagai salah satu tonggak patriotik dalam penyerbuan prajurit Mataram di zaman Sultan Agung ke benteng pertahanan Belanda di Batavia. Saat itu Kebumen masih bernama Panjer.
Salah seorang cicit Pangeran Senopati yaitu Bagus Bodronolo yang dilahirkan di desa Karanglo, Panjer, atas permintaan Ki Suwarno, utusan Mataram yang bertugas sebagai petugas pengadaan logistik, berhasil mengumpulkan bahan pangan dari rakyat di daerah ini dengan jalan membeli. Keberhasilan membuat lumbung padi yang besar artinya bagi prajurit Mataram tersebut, sebagai penghargaan dari Sultan Agung, Ki Suwarno kemudian diangkat menjadi Bupati Panjer, sedangkan Bagus Bodronolo ikut dikirim ke Batavia sebagai prajurit pengawal pangan.
1 Januari 2003 atau ratusan tahun kemudian, predikat lumbung pangan andalan di Jawa Tengah selatan memang belum lepas dari daerah ini, meski sempat terganggu dengan parahnya bencana banjir pada tahun 2000 dan 2001 lalu. Paling tidak, kelebihan stok padi 100 sampai 150 ribu ton setahunnya, mampu menjadikannya salah satu penopang stok pangan di Kedu dan Banyumas.
Bagaimanakah gambaran tentang pencapaian kiprah pembangunan daerah ini sampai akhir 2002, menurut Sekretaris Daerah (Sekda) Kebumen, Suroso SH, barometernya pada berbagai kemajuan yang menonjol pada sektor-sektor pelayanan dasar bagi masyarakat, yaitu pendidikan, kesehatan serta pemukiman dan prasarana wilayah (kimpraswil).
"Arah pembangunan Kabupaten Kebumen di era otonomi daerah ini sudah jelas, di antaranya dengan menitikberatkan terlebih dahulu pada pembangunan ketiga sektor itu," ujarnya
0 komentar:
Posting Komentar